Sulitnya seseorang menggapai tujuan hidup kerap sekali dipengaruhi oleh minsed bergantung pada orang lain, menggambarkan kondisi ini terapis asal New York, Colette Dowling menyebutnya sindrom cinderella complex.
Sindrom cinderella complex atau sejenis gangguan kepribadian lekat ditandai ketika seseorang sangat tergantung kepada orang lain, bahkan nyaris tidak sanggup hidup mandiri.
Perilaku sindrom ini dominan disandang oleh kaum hawa, tidak bisa dipungkiri hal ini tanpa sadar seiring dengan pola asuh orang tua kepada anak sejak kecil.
Bagi anak perempuan yang selalu dijejali dongeng kebahagiaan bila bertemu pangeran tampan yang membawa sebilah pedang, seketika itu juga bonsai demi bonsai pemikiran ketergantungan perempuan mengakar.
Penanaman nilai inilah yang menjadi sebab kaum perempuan merasa tidak lengkap hidupnya meskipun sudah bekerja, semandiri apa pun hidup kalau belum menikah maka bisa dibilang hidupnya tidak utuh.
Berawal dari stigma sosial, budaya, dan pola asuh orang tua yang dominan menjadi faktor perempuan beranggapan bahwa; menjadi manusia adalah punya suami dan anak.
Tidak jarang, mereka perempuan akan melepas karier begitu menikah, bagi perempuan yang pernah bersekolah tinggi sekalipun, ketika sampai didunia rumah tangga selalu akan menggantungkan diri finansial maupun emosional kepada suaminya.
Ada beberapa alasan perempuan meninggalkan pekerjaan setelah menikah, pertama Ia yakin kepada suami karen bisa menopang finansialnya, dan kedua enggan menjalani hidup mandiri karena telah menemukan sandaran.
Sehingga tidak jarang, keinginan semu perempuan itu bermuara dan terjebak kedalam pelukan fak boy atau laki-laki yang tidak baik, yang disebabkan oleh hasrat kontradiktif dalam diri mereka sendiri.
Hanyut dalam bayang-bayang, di satu sisi ingin menjalin hubungan dengan penuh kasih sayang, di sisi yang lain tertarik dengan laki-laki yang memiliki sisi gelap dan penuh tantangan.
Well, fak boy memang percaya diri, narsis, kurang empati, dan cenderung psikopat. Lalu apa yang menyebabkan perempuan mau dengannya?. Dalam kajian sisi evolusi seksual, laki-laki fak boy cenderung memiliki keterampilan "menjual diri" jika dibandingkan dengan laki-laki lain.
Studi David Buss menunjukkan, bahwa terdapat skema perbedaan laki-laki dan perempuan ketika jatuh cinta.
Laki-laki ketika jatuh cinta, kadar testosteron akan menurun sehingga oksitosinnya meningkat, inilah menyebabkan laki-laki bisa lebih lembut dan rileks, sedangkan perempuan, testoteron akan meningkat sehingga ia lebih bersemangat dan percaya diri.
Hasilnya, jika selama tiga sampai sembilan bulan mampu bertahan, maka penyesuaikan waktu itu berhasil dan hubungan akan lanjut; jika tidak, I'm sorry goodbye.
Studi perbedaan hormon laki-laki dan perempuan ini menguatkan fenomena fak boy. Fenomena laki-laki ketika mendapatkan perempuan memiliki kecenderungan malu-malu, berbeda dengan perempuan dimana lebih menggunakan perasaan kuat emosional dan euforia ketika tertarik dengan lawan jenis.
Pada akhirnya semua perasaan dan sensasi jatuh cinta itu diatur oleh kerja hormon. Sederhananya, cinta merupakan hasil kerja dari perpaduan bahan kimia, dopamin, oksitosin, testosteron, esterogen, dan norepinefrin.
Sudah sepatutnya, saat PDKT laki-laki mengajak kencan si cewek semata-mata untuk bertemu saja, pergi menonton, ngopi di coffee shop, atau bahkan sekedar jalan-jalan keliling kota tanpa tujuan.
PerempuanLaki lakiKenapa Pacaran Perempuan MandiriHubungan PMII Surabaya Selatan #pmiissPMIISS