A. Wanita; Apakah hanya tentang cantik wajahnya saja?
Di abad 21 ini, “Goodlooking” agaknya sudah menjadi kebutuhan bagi setiap manusia. Jangankan bagi wanita, bagi laki-laki pun sederet lowongan pekerjaan yang saya temui harus bersyaratkan “Berpenampilan menarik” atau “Goodlooking”. Bahkan hanya sebatas untuk menjadi barista atau pramusaji, atau bahkan koki di salah satu rumah makan branded. Apalagi lowongan-lowongan pekerjaan yang dititahkan untuk kaum wanita, Seles, Marketing, staff kantor. Ini adalah contoh-contoh yang saya temui dalam sederet lowongan pekerjaan yang ada di sosmed. Maka boleh lah kiranya saya mempunyai ratapan “betapa kejamnya dunia ini bagi manusia-manusia yang tak Goodlooking”. Sehingga dari kenyataan yang ada tersebut berdampak pada pergeseran paradigma kaum wanita kekinian, para wanita abad 21 agaknya sudah mewajibkan dirinya sendiri untuk masuk dalam sebuah definisi buta tentang sebuah kecantikan, segalanya harus menarik, mulai dari kulit yang putih, wajah yang cerah-berseri, tubuh yang sekal-ideal. Karena dari itulah diadakannya ratusan produk kecantikan, mulai dari yang terkenal hingga kerajinan rumahan, produk-produk tersebut menjanjikan suatu hal agar para wanita muda hingga yang sudah berkepala dua menjadi lebih cantik dengan pemakaian produk tersebut. Lebih dari itu, disusunlah pula sebuah instrumen untuk dapat memikat para pembeli yakni Sales yang juga berpenampilan menarik, berparas cantik, ditambah skill yang amat-sangat persuasif.
B. Cantik yang tidak memaksa; sebuah telaah ontologis
Kecantikan dan perempuan, dua kata yang tak dapat dipisahkan. Tetapi yang membuat saya geram dan sedih melarat-larat banyaknya stigma masyarakat tentang cantik ialah suatu hal dari penampilan, cara bersolek, dan juga bentuk tubuh yang proporsional. Pendapat demikian memunculkan perspektif baru bahwa cantik hanya yang indah dipandang, bukan yang indah dirasakan dengan suatu aspek positif yang ada dalam Jiwa setiap wanita.
Lebih dari itu, di abad 21 ini makna cantik dikonstruksi oleh pihak yang mengejar keuntungan dari industrialiasasi produk kecantikan. Belum lagi dengan maraknya kontes kecantikan yang dijuarai oleh perempuan Cantik [definisi cantik yang masyhur di masyarakat]. Dengan kekuatan media saat ini, masyarakat akan semakin tergiur menjadi konsumen berbagai produk kecantikan yang ada. Hal ini menjadi keresahan tersendiri bagi sebagian perempuan.
Namun, se-ayu apapun seorang perempuan menurut definisi kecantikan saat ini, tetap saja cantiknya hati adalah perhiasan bagi perempuan berkualitas. Mengutip makalah Ayundra Putri Universitas Katolik Soegijapranata, menurut (Fadli, 2020) dari Halodoc, kepribadian yang baik terlihat dari hal-hal positif kebiasaan sehari-hari, seperti selalu tersenyum dan ramah terhadap orang lain, peduli dengan sekitar, hati yang lapang/pemaaf, dan yang terakhir adalah pengetahuan yang luas. Didukung dari Webster’s New Dictionary And Thesaurus “Beauty is a pleasing combination of qualities in a person or object, a particular grace or excellence a beautiful person, esp a woman, good looks”.
Cantik adalah artikulasi dari sifat dan kualitas mutu dari manusia, keanggunan atau ke-khas an, hingga para wanita tampak lebih bagus. Dari pemaparan di atas dapat ditarik benang merah bahwa cantik yang sebenarnya timbul dari dalam diri perempuan atau sering dikenal dengan inner beauty.
C. Sebuah antitesa definisi Cantik kekinian
Pada hari Perempuan Internasional ini, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, khususnya Kopri Rayon Avicenna mengadakan sebuah survei mengenai konstruksi cantik di tengah masyarakat. Data penguat penulisan ini adalah segenap hal yang berkaitan dengan sebuah pemikiran tentang fenomena standar cantik di kalangan masyarakat, sehingga dalam proses penyusunannya menggunakan tanggapan masyarakat yang telah ditampung melalui wawancara, google formulir, dan media sosial lainnya sebagai dasar analisis. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 orang dari berbagai kalangan, mereka juga telah memberikan opini agar artikel ini lebih objektif.
Dari hasil survei yang dilakukan pada tanggal 06-10 Maret 2022 di dapat data Sebanyak 57% responden tidak setuju bahwa cantik dinilai dari perspektif fisik. Banyak dari mereka berpendapat bahwa cantik itu yang memiliki akhlak baik, kekuatan intelektual, serta mampu dalam apresiasi diri dan orang lain. Mereka juga selalu menekankan bahwa cantik bukan tentang fisik. Selain itu, beberapa dari responden berpendapat bahwa cantik dari perspektif fisik ibarat buku, maka “ don’t judge book by its cover”. Salah satu responden berinisial NA juga menambahkan bahwa cantik atau jelek itu tidak ada. Seperti halnya gelap, bermakna mengecilnya intensitas cahaya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa 43% responden yang memiliki pendapat kontradiktif dengan suara terbanyak juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Masih banyak orang yang mengukur cantik dari perspektif fisik dengan berbagai alasan. Salah satu responden berinisial AF mengatakan “Saat pandangan pertama laki-laki sebagai makhluk visual lebih cenderung mengandalkan panca indera penglihatan untuk menilai perempuan”. Responden berinisial MA juga memiliki opini yang hampir sama, ia mengatakan bahwa seni paling indah adalah kesatuan dari fisiologi yang saling menunjang dari berbagai komplemen struktur terpadu sehingga menciptakan suatu seni yang membawa nuansa kenyamanan untuk dipandang.
Berdasarkan hasil observasi di masyarakat, dapat kita tarik sketsa pemikiran umum bahwa ketika pertama berpapasan, yang terlihat adalah fisik seseorang, sebab hal itu yang nampak oleh mata. Namun, pola pikir yang demikian harusnya tidak mengusik standar fisik orang lain, hingga berujung pemaksaan standar kecantikan. Karena cantik sebuah sifat abstrak beragam makna tergantung pada persepsi masing-masing individu. Dengan ini seorang perempuan tidak perlu berlomba untuk memenuhi standar cantik orang lain. Cukup menjadi diri sendiri dengan keindahan yang dimiliki.
Sebuah ketertarikan seseorang yang ditemuinya pertama kali adalah fisiknya, tetapi jangan sampai kehilangan kepercayaan diri, minder karena merasa tidak cantik nan menarik. Bahkan fisik memiliki hubungan dengan perasaan dan ketertarikan kepada seseorang. Selalu bangun mindset positif bahwa cantik itu relatif, karena perempuan bukan sebagai objek pemenuhan ekspektasi orang lain. Perempuan bisa tampil cantik untuk dirinya sendiri tanpa memedulikan orang lain.
Standar kecantikan seorang perempuan ada pada dalam dirinya, bukan dari fisik luarnya. Cukup menjadi diri sendiri maka cantik akan tumbuh dalam dirinya. Marilah ubah sudut pandang laki-laki menilai kecantikan dari kepribadian. Sebagai perempuan, kita perlu berpenampilan natural dengan perbaiki kepribadian kita. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah yang berbunyi:
“Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-A’raf ayat 31)
Jangan terpancing produk kecantikan, karena model cantik yang sebenarnya adalah cantik secara alami dengan kepribadian dan sikap yang dimiliki. Ayo kita tumbuhkan rasa percaya diri, jangan insecure terhadap diri kita sendiri. Lets Love Our Self. Kita cantik dengan jati diri sendiri.
Penulis : Tim Journal Kopri PMII Avicenna
Editor : Nawalintang Movement
Foto utama: freepik
Perempuan#budaya#patriarki