PMII Angkatan 97; Sahabat Muammar

Masuk UINSA yang pada waktu itu IAIN, awal saya kenal PMII dari Bimtek tes masuk IAIN berlanjut ke MAPABA lalu tidak aktif. Menjadi mahasiswa kampusan dan kos-kosan –kampus dan kos– sebutan yang populer pada zamannya.

Menjelang PKD 1998 datanglah Sahabat Muammar –almarhum Allahu yarham– yang pada waktu itu Sekretaris Rayon Tarbiyah ke kos. Dengan semangat dia mengajak untuk ikut PKD lalu aktif di PMII. "Ayo ikut, nanti saya bayari kalau gak punya uang" ajaknya penuh semangat. 

Singkat cerita ikutlah saya di PKD 1998. Ternyata asik juga. Saya masih ingat tema PKD waktu itu "Revitalisasi Silence Community". Maklum pada waktu masa-masa transisi dari orde baru ke reformasi. Keren pokoknya. Di sinilah menemukan sahabat dan senior yang keren-keren. Penasaran siapa saja? Datang dan ayo ngopi saya ceritakan nabi-nabi. 

Jujur saya salut dengan perjuangan Sahabat Muammar. Dia datang ke kos setiap akan ada kegiatan. Tidak hanya ke saya saja tapi ke kos teman yang lain untuk mengajak aktif di PMII. Zaman dahulu tidak ada WA. Hanya ada telepon rumah, itu pun hanya telepon kos-kosan dipakai ramai-ramai dan antre kalau malam minggu –haha. Setiap ada kegiatan dia datang ke kos saya. "Ayo aktif kek, latihan untuk kepekaan sosial", ajaknya.

Walhasil karena kegigihannya, saya mulai berproses di PMII mulai dari menjadi Ketua Panitia Refleksi Muharrom dan Harlah PMII, sampai menjadi OC dan SC MAPABA dan PKD, juga anggota pengurus Rayon dan Komisariat. Kata-kata Sahabat Muammar sampai saat ini selalu saya ingat. "PMII bukan tujuan akhir, tapi proses dan tempat berproses untuk melatih kepekaan sosail yang tidak didapatkan di kuliah. Nanti kamu akan memperoleh hasilnya kalau sudah lulus kuliah".

Sisi lain pengalaman di PMII Rayon, saya ber-sembilan lulus bareng di semester sembilan dengan tim sembilan yang disumpah tidak lulus sebelum menyelesaikan kepengurusan PMII. Bukan begitu Sahabat Nuril Huda, Sulanam dan Sahabati Nurul Jannah, Bendahara Rayon, serta Hary Supriyatno. Al-Fatihah untuk Sahabat Muammar, Ketua Komisariat Tarbiyah Pertama.

Penulis: Ahmad Fauzi