Zola 99

PMII; Sebuah Fenomena Santri Pergerakan

  • assets/frontend/images/profil/1633343543.png

Editor pmiiss

Avicenna
4 th lalu
1.4 rbx
Budaya pmii-sebuah-fenomena-santri-pergerakan1634977821.jpg

Tulisan ini hanya berkeinginan untuk mengutarakan apa yang sudah ada, dan apa yang sudah mem-biasa dalam dunia PMII, bukan untuk mendikotomi atau mengotak-ngotakkan antara faksi PMII yang alumni pesantren atau faksi PMII yang belum pernah menempah diri di pesantren, sehingga basecamp komisariatlah yang dijust sebagai pesantren tempat ia menempah moral dan kepribadian. Nur Cholis Majid dalam beberapa dialognya pernah mengatakan bahwa kata santri berasal dari kata ‘Cantrik’ (bahasa Sanskerta atau jawa), yang berarti orang yang selalu mengikuti guru. Sedang versi yang lainnya menganggap kata ‘santri’ sebagai gabungan antara kata ‘saint’ (manusia baik) dan kata ‘tra’ (suka menolong). Sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

Jika dipahami lebih mendalam pengertian santri yang diutarakan oleh cak nur di atas adalah sebuah definisi santri yang ditinjau dari hasil belajar mereka, dalam artian ketika sudah selasai mengabdi dan belajar secara benar dalam sebuah institusi pesantren, tapi yang tidak kalah pentingnya dalam era milenial ini adalah sebuah proses santri sehingga mereka bisa mendapatkan predikat seperti yang setara di atas (baca: definisi) yakni orang yang suka menolong. Sederhananya demikian, bagaimana kita mau menolong seseorang yang kesusahan jika kita tidak punya skill untuk menolong? Maka sudah jelas jawabannya. Karena dari itu setiap santri haruslah serius dan tekun ketika belajar di pesantren. Tapi pertanyaannya jika kesadaran itu muncul pasca mereka (baca: para santri) lulus bagaimana? Apakah harus mendekam diri di pesantren lagi? Kan juga tidak semua pesantren mau menerima pengabdian dari semua santri, biasanya yang diperbolehkan ngabdi ialah mereka (baca: para santri) yang sejak dini sudah sering nimbrung dan membantu kebutuhan ndalem (kediaman kiai). Maka dari itu jawabannya ialah di PMII. Di PMII para alumni pesantren (karena tidak elok jika penulis harus menuliskan mantan santri. Hehe), akan melakukan penempaan mental, skill, kepribadian, sehingga bisa menjadi manusia yang paripurna (baca: anfauhum linnasi).

Atau juga para alumni pesantren (yang walaupun dia saat nyantren  dulu sungguh-sungguh), PMII merupakan wadah bagi manusia yang ingin berkembang. Santri  merupakan sosok pembaharu, santri tidak hanya bisa menjaga tradisi, tetapi juga bisa menghadapi modernisasi, merespons globalisasi, dan melakukan counterliberalisasi. Maka sudahlah jelas bahwa alumni pesantren jika belum bisa menghadapi modernisasi, merespons globalisasi, dan melakukan counterliberalisasi ini harus penempaan ulang, yakni di PMII

Ada pergeseran paradigma terhadap santri, khususnya pengakuan peran santri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, usaha sekularisasi ini harus direspons oleh santri dengan peran yang lebih aktif. Santri harus belajar dengan sungguh-sungguh ketika dalam pesantren, atau bahkan setelah dari pesantren. Sedangkan PMII, merupakan sebuah organisasi yang unik, PMII sangat bisa dijadikan sebuah Pesantren (tanpa bangunan) bagi mereka yang masih belum matang ketika menempa diri di pesantren. Di sini dapat dinilai dari para abdi organisasinya (baik yang anggota, kader atau pengurusnya) yang kesemuanya itu adalah manusia khusus yakni Mahasiswa, berbeda dengan Abdi Organisasi di lingkaran Nahdlatul Ulama yang lain, yang isi dari kader-kadernya sangat heterogen (campur-bawur). Artinya, Jika Abdi Organisasinya sudah monogen (dalam hal paling sederhana ialah sejenis dalam ijazahlah minimal) ini sudah agak spesial dibanding dengan kultur yang ada di lingkaran Nahdlatul Ulama lainnya. Dalam keadaannya yang sangat istimewa itu diciptakan dan dirumuskannya sub-kultur tersendiri dengan coraknya tersendiri pula. Dimulai dengan pengembangan pola paradigma yang berbeda, dan Dijalakannya pula rutinitas yang sangat berbeda. Dalam rangka inilah kerap kali dijumpainya rutinan-rutinan PMII bukan berupa Tahlil dan yasinan tetapi Kajian dan Diskusi tentang pola pemikiran Karl Marx dan Hegel; Sering pula dijumpainya kegiatan-kegiatan yang bersifat mengkritik dan melawan kebijakan pemerintah dengan gaya demonstratif aksi-jalan daripada mediasi dan lobbying.

Selain Rutinitas yang serba tidak biasa itu, Dicanangkan Belasan gaya pengembangan skill Kader yang tak biasa pula, layaknya Sekolah Epistemologi, Sekolah Sosiologi, Madrasah Psikologi dan lain sebaginya, hal demikian tak lain hanya untuk mengembangkan dan menjadi jaminan mutu tersendiri bagi alumni PMII nantinya. Dari Struktur pengembangan Kader dan Rutinitas yang tidak biasa ini menghasilkan pula pandangan hidup dan aspirasi yang khas pula. Dalam bahasa yang ada, Para Kader wajarnya mempunyai pandangan hidup (Paradigma) Kritis transformatif, dengan gambaran bahwa kader PMII, tidak boleh dan tidak layak (bahkan), untuk mempercayai dan mengimani segala yang masih kasap mata, harus ditelaah terlebih dahulu, kader PMII seakan-akan mengindahkan sebuah proses terjadinya sesuatu, yakni dengan cara diselisik, dikritisi dan diidentifikasi, mulai dari faktor penyebab, hakikat, dan proses kejadian serta nilai yang ditimbulkan, baru nantinya akan muncul sebuah penilaian atau sebuah ke “Iya” an .

Kesamaan Hakikat santri dalam pesantren dan kader PMII ketika berproses ialah bagaikan seseorang yang sedang belanja di pasar, maka dari itu mereka harus tahu mana barang yang harusnya dia pelajari dan nantinya akan di berikan kepada umat dengan keikhlasan hati tanpa mematok bayaran. Dan yang tak kalah pentingnya, keadaan di era milenial ini sangatlah banyak perasahan baru, yang nantinya menjadi sebuah kewajiban seorang santri untuk bisa mencarikan sebuah solusi yang baru pula, maka dari itu santri harus belajar dengan sungguh-sungguh, Tidak boleh hanya mengedepankan barakah dari Para Kiai tapi juga harus menguatkan intelektual mereka, karena Barakah tidaklah jelas dan pasti adanya.Penulis Sahabat Nawalintang

Tag:

#harisantri#santripergerakan#santriselatan

Tentang Penulis

assets/frontend/images/profil/1633343543.png

Editor pmiiss

Avicenna • Tarbiyah • 2017

Apresiasi karya kader dengan mensupport pengembangan website pmiiss.or.id mulai dari Rp 1000!
SUPPORT SEKARANG!